Revolusi industri benar-benar mengubah tatanan sosial, yang awalnya cara hidup masyarakat dianggap tradisional menjadi modern. Pekerjaan yang pada awalnya dikerjakan oleh tenaga manusia digantikan oleh mesin. Beberapa perubahan sosial yang terjadi akibat revolusi industri adalah perubahan teknologi karena penemuan mesin-mesin, perubahan tata kerja, perubahan budaya, perubahan politik, pengangguran, kemiskinan dan masih banyak lagi. Berbagai masalah sosial timbul, dan hal inilah yang melahirkan dan menjadikan sosiologi berkembang sebagai ilmu pengetahuan.
Salah satu sosiolog, yaitu Emile Durkheim (1859-1917), melakukan penelitian tentang bunuh diri. Melalui karyanya Suicide (1897), Durkheim menjelaskan latar belakang mengapa individu melakukan bunuh diri. Bagaimana masyarakat dan tatanan sosial berkontribusi sehingga menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri, merupakan kegelisahan dari Durkheim. Dalam penelitiannya, Durkheim membagi empat tipe bunuh diri yaitu egoistik, anomik, altruistik, dan fatalistik. Dengan menggunakan berbagai sumber belajar lainnya, kalian dapat menjelaskan maksud dari Durkheim tentang empat tipe bunuh diri termasuk menggunakan tipe-tipe bunuh diri untuk menjelaskan berbagai masalah tentang hal itu. Selama karir Durkheim menjadi sosiolog telah banyak penelitian-penelitian yang dia lakukan untuk menjelaskan berbagai masalah dan gejala sosial masyarakat pada masa hidupnya.
Sosiolog klasik lainnya yang sangat terkenal yaitu Karl Marx (1818-1883) yang lahir di Jerman dan hidup di berbagai negara Eropa. Karl Marx melahirkan beberapa pemikiran dalam ilmu sosial, yang menjelaskan tentang konflik sosial, kelas sosial, agama, ideologi dan ekonomi suatu masyarakat. Beberapa pandangannya tentang konflik di masyarakat adalah konflik melekat dalam masyarakat, selalu terjadi pertentangan dan ketegangan antara kelas pekerja (buruh) dengan pengusaha. Teori konflik dari Karl Marx menjelaskan bahwa kekayaan dan kekuasaan yang tidak terdistribusi secara merata dapat menyebabkan konflik sosial. Pemikiran Karl Marx banyak melahirkan sosiolog dan ilmuwan sosial hingga masa sekarang. Mereka mengembangkan teori Karl Marx dan menyesuaikannya dengan perubahan suatu masyarakat. Para sosiolog dan ilmuwan sosial yang dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx ini disebut sebagai Marxian.
Sosiolog dari Jerman yaitu Max Weber (1818-1883) dengan teorinya “Verstehen” yang berarti untuk memahami, digunakan untuk menganalisa dan menafsirkan mengapa individu melakukan tindakan sosial. Menurut Max Weber, sosiologi adalah ilmu yang berupaya untuk memahami tindakan sosial. Melalui Verstehen, kalian dapat melakukan penelitian mengapa individu melakukan suatu tindakan yang berdampak bagi orang lain. Sebagai contoh, gejala seorang pelajar yang membolos sekolah, kalian dapat melakukan penelitian, mengapa teman kalian membolos? Apa motivasi dan alasan yang membuat teman kalian melakukan tindakan bolos sekolah. Dengan Verstehen, kalian dapat menggunakan teori ini untuk menjelaskan beberapa gejala sosial.
Beberapa karya lain dari Max Weber yang terkenal yaitu The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1904) menjelaskan tentang keterkaitan antara ajaran di agama Kristen Protestan (terutama aliran Kalvinisme) yang memberikan semangat bagi pemeluknya untuk bekerja keras mencapai kesejahteraan. Semangat bekerja yang timbul dari ajaran (etika) agama Kristen Protestan dianggap memengaruhi perkembangan kapitalisme yang berkembang pesat di Eropa Barat.
Selain berkembang di Eropa, sosiologi juga berkembang pesat di Amerika Serikat seiring revolusi industri yang terjadi di masyarakat Amerika. Salah satu sosiolog Amerika Serikat yang terkenal adalah Talcott Parsons (1902-1979). Salah satu teori yang sangat terkenal dari Talcott Parsons adalah fungsionalisme struktural. Berdasarkan teori ini, masyarakat terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan, memiliki fungsi dalam suatu sistem yang terintegrasi sehingga membentuk keseimbangan. Pandangan Talcott Parsons mengenai fungsionalisme struktural dipengaruhi oleh cara kerja organisme biologis. Bagi penganut teori fungsionalisme struktural, apabila terdapat konflik, ketegangan sosial maka berfungsi untuk menjaga keseimbangan. Untuk menjaga agar bagian-bagian masyarakat tetap berfungsi dan keseimbangan terjaga maka menurut teori ini, membutuhkan adanya kontrol sosial, sosialisasi, adaptasi, kepemimpinan, reproduksi aturan, pelapisan sosial dan keluarga. Sebagai contoh, menurut teori ini, adanya tindakan kriminal akan memfungsikan peran polisi sebagai penjaga ketertiban sosial. Contoh yang lain, untuk menjaga keseimbangan masyarakat, pelapisan sosial seperti keberadaan kelas bawah, menengah maupun atas, berfungsi untuk menjaga peran masing-masing. Contoh pada sektor industri, pengusaha membutuhkan buruh untuk mengerjakan berbagai pekerjaan di perusahaannya.
Referensi: Sari Oktafiana, dkk. 2021. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Masyarakat Dalam Perspektif Teori Konflik dan Teori Fungsionalisme Struktural
Reviewed by MGMP SOSIOLOGI
on
Agustus 08, 2022
Rating:
Tidak ada komentar: